Komisi Pelayanan Pemuda dan Mahasiswa (KPPM) Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Dawarblandong

Proposal Rehab Gedung Kapanditan GKJW Dawarblandong

Dengan hormat,

Bersama ini kami sampaikan proyek proposal mengenai pembangunan rehab gedung kapanditan di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Dawarblandong.

Segenap panitia sudah mengusahakan dana sebesar Rp 21.500.000,00 ( Dua Puluh Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), sedangkan biaya yang di butuhkan sebesar Rp 63.000.000,00 (Enam Puluh Tiga Juta Rupiah) sehingga masih kekurangan dana sebesar Rp 41.500.000,00 (Empat Puluh Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).

Proposal ini tentu banyak kekurangan, mengingat pentingnya hal tersebut di atas, maka dengan rendah hati kami mohon agar Bapak/Ibu/Saudara dermawan berkenan sudi memberikan sumbangan (bantuan dana) untuk rehab gedung kapanditan di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Dawarblandong,

Dukungan mohon dikirim ke:

No. Rekening : 0055-01-030074-50-9

Nama : SUMARDI

Nama Bank : BRITAMA Cabang Mojokerto

No. Hp : 081331353989

(mohon disertai SMS untuk konfirmasi)

Atau bisa datang langsung ke alamat:

Dsn. Sidokerto RT/RW: 02/01, Ds. Pulorejo

Kec. Dawarblandong

Kab. Mojokerto – 61354

Prop. Jawa Timur

Demikian atas sumbangan dan keikhlasan dari Bapak/Ibu/Saudara dermawan, kami sampaikan terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.

Dawarblandong, 11 Maret 2011

PANITIA PEMBANGUNAN

Ketua Panitia

ttd

Janji Zakaria

Sekretaris,

ttd

Supriyadi S.A.

Mengetahui,

PHMJ GKJW

Jemaat Dawarblandong

ttd

Pdt. Yosri Pinujo

Jika Tuhan Menghendaki

Baca: Yakobus 4:13-15
Ayat Mas: Yakobus 4:15

Semua orang pasti memiliki rencana. Ada rencana jangka pendek, ada juga rencana jangka panjang. Dalam menyusun rencana, orang mendaftar apa saja yang akan dilakukan dan apa saja sumber daya pendukung yang ada agar rencana itu terwujud. Dan, orang kerap membuat perencanaan dalam berbagai aspek kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan maupun pelayanan.

Ada orang yang membuat perencanaan dengan sangat rinci, ada juga yang tidak. Dalam pelaksanaannya pun ada rencana yang terlaksana dengan baik, ada yang berjalan walau tidak sesuai, bahkan ada yang sama sekali tidak terlaksana. Nyatanya, sebaik apa pun sebuah rencana dibuat, manusia tidak punya kuasa mutlak membuat semuanya terjadi seperti yang ia kehendaki. Oleh karena itu, dalam surat kepada kedua belas suku di perantauan (1:1), Yakobus mengingatkan jemaat untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan. Hal ini akan membantu mereka, juga kita, untuk peka terhadap kehendak Tuhan dan tidak cepat bermegah diri. Apalagi sebagai anak-anak Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan dan kekuatan kita.

Semua yang kita rencanakan untuk dilakukan di sepanjang hari ini atau esok, hanya dimungkinkan jika Tuhan menghendaki kita hidup dan melakukannya (4:15). Inilah yang harus selalu kita ingat; bahwa kita adalah manusia yang terbatas, dan Tuhanlah yang punya kuasa mutlak atas hidup kita. Sehebat apa pun rencana kita, tanpa Tuhan menghendakinya terjadi, maka hal itu tidak akan terlaksana. Sudahkah Anda melibatkan Tuhan dalam perencanaan Anda hari ini?

SEMAKIN BANYAK HAL YANG KITA RENCANAKAN

SEMAKIN PERLU KITA MELIBATKAN TUHAN DI DALAMNYA


Sumber :
Penulis: G. Sicillia Leiwakabessy - www.renunganharian.net

Hari Ibu

Hari Ibu adalah hari peringatan/ perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anaknya, maupun lingkungan sosialnya.
Peringatan dan perayaan biasanya dilakukan dengan membebas-tugaskankan ibu dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.
Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Sementara di Amerika, dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong dalam Hari Ibu atau Mother’s Day (dalam bahasa Inggris) dirayakan pada hari Minggu di pekan ke dua bulan Mei. Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (dalam bahasa Inggris) diperingati setiap bulan 8 Maret.

Sejarah
Hari Ibu di Indonesia
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).
Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan jender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.[8] Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.
Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.
Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi menteri adalah Maria Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.
Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji ke-ibu-an para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu