Komisi Pelayanan Pemuda dan Mahasiswa (KPPM) Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Dawarblandong

Mencari chord dengan mudah.....

Siapa ceee… yang nggak suka musik..?? Ada nggak ya…??? Saya kira, semua orang suka musik, meskipun cuma sebagai pendengar… Lha khusus buat yang suka maen alat musik, terutama gitar dan masih proses belajar biasanya masih kesulitan dalam mencari chord lagu. Sekarang gak usah sulit-sulit lagi, karena ada software yang asik dan harus dicoba. Software ini bernama “Easy Chord”, Software ini berguna untuk mencari chord lagu. Easy chord merupakan plugin untuk winamp, Jadi kalo mau nginstall kudu nginstall winamp dulu, diasumsikan winamp sudah terinstal di komputer kamu karena winamp merupakan software pemutar musik yang sangat populer… Mengingatkan, software ini hanya bisa di install pada winamp versi 5.0 ke atas.

Yang harus dilakukan:
Download software Easy Chords, caranya:
1. Search aja di google.com
2. Tapi klo gak mau repot-repot download di sini aja....:

Trus install dech tu software... klo da yang blom bisa, begini cara instalnya:
1. Double klik ato enter EasyChordsforwinamp.exe
2. Centang pilhan I accept the terms of this license Agreement









3. Trus klik Install
4. Tunggu sampai proses selesai.









5. Trus klik finish
6. Selesai

Trus cara pakeknya giman..?? Begini Cara pakeknya:
1. Masukkan lagu yang pengen dicari chordnya ke play list, trus putar
2. Pada easychordnya pilih klik to start processing the song









3. Biarkan sampek selesai









4. Trus putar lagi lagunya
5. Tereng.... chordnya langsung muncul pas lagunya dimaenkan....

Selamat mencoba, semoga berguna...
Klo sudah ahli bermaen gitarnya, ajari adik-adiknya yang pengen belajar.... (gak ada hubungannya..)

Apa itu Kebenaran?

Jangan coba-coba lari dari tudingan orang-orang non-Kristen ketika mereka berkata, “Kamu berperilaku munafik, jadi, aku tidak mau menjadi orang Kristen.” Jangan berkata, “Yah, keselamatan tidak berkaitan dengan hidupku, ini adalah masalah kepercayaan.” Itulah kemunafikan! Omong kosong! Kerajaan Allah adalah kebenaran!

Apa itu Kebenaran?
(Ajaran Alkitabiah tentang Keselamatan)
Matius 4:17
Oleh Pendeta Eric Chang

Apa itu Kebenaran?
Hari ini kita akan membahas ajaran Yesus di Matius 4:17, “Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Di Matius 3:15, ayat yang diuraikan di dalam khotbah tentang “Penundukan”, Yesus berkata, “"Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya

Yesus berkata, “Biarlah hal itu terjadi”. Ketika Yohanes mencoba untuk mencegah Yesus menerima baptisan, Yesus berkata, “Terimalah Aku untuk dibaptis.” Yesus menundukkan diri-Nya pada baptisan Yohanes. Yang lebih tinggi menundukkan diri pada yang lebih rendah. Dengan demikian Yesus menunjukkan inti dari kebenaran, yaitu sikap penundukan demi Allah untuk menggenapkan seluruh kebenaran.

Di pesan yang membahas Matius 4.17, kita akan memusatkan perhatian pada kata ‘righteousness (kebenaran)’ ini. Yesus berkepentingan untuk menggenapkan seluruh kebenaran, bukan hanya sebagian atau sebagian besar kebenaran, tetapi seluruh kebenaran. Apa artinya? Apakah arti kebenaran di dalam Alkitab? Apa arti menggenapkan seluruh kebenaran? Pada dasarnya, kata itu berarti menggenapkan seluruh perintah atau kehendak Allah bagi kita. Namun kebenaran tidak boleh sekadar dipahami sebagai pelaksanaan perintah eksternal saja.

Kebenaran adalah kata yang sangat praktis di dalam Alkitab, bukan satu istilah teologis yang kabur. Kehidupan terdiri dari berbagai macam hubungan. Dan kebenaran berkaitan dengan kehidupan dan hubungan-hubungan kita. Kebenaran di dalam Alkitab berkaitan dengan hubungan yang benar dengan Allah dan sesama manusia. Ini adalah hal yang sangat penting untuk dipahami.

Yesus berkata bahwa segenap perintah Allah dapat dirangkum di dalam satu kalimat, yaitu “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kalimat itu merangkum segenap kebenaran. Dari sini kita melihat bahwa kebenaran itu adalah hubungan yang benar. Alkitab mendefinisikan hubungan yang benar itu sebagai ungkapan kasih - mengasihi Allah dengan segenap keberadaan, hati, jiwa dan kekuatan Anda, yang tidak dapat dipisahkan dari mengasihi atau memperlakukan sesama manusia seperti diri Anda sendiri.

Demikianlah, Yesus berkata kepada Yohanes Pembaptis, “Terimalah Aku untuk dibaptis, karena Aku menundukkan diri pada baptisanmu, demi menggenapkan seluruh kebenaran.” Mengapa? Karena memang inilah perintah dan kehendak Allah.

Setiap perintah Allah dirancang untuk berdampak pada hubungan kita dengan-Nya dan dengan sesama manusia. Sebagai contoh 10 Perintah itu. Setiap dari 10 perintah itu berkaitan dengan hubungan kita, entah dengan Allah atau dengan sesama manusia. Setiap pengabaian pada perintah Firman Allah akan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama manusia.

Kebenaran juga berada di jantung ajaran Yesus di Matius 4.17 ini. Yesus disebut sebagai pemberita kebenaran. Nuh digambarkan oleh Petrus di 2 Petrus 2:5 sebagai seorang pemberita kebenaran. Setiap pemberita di dalam Alkitab adalah pemberita kebenaran. Sayangnya, kebenaran tidak lagi merupakan tema di lingkungan gereja. Di zaman ini, keselamatan sudah dipisahkan dari kebenaran. Keselamatan tanpa kebenaran menjadi semacam dongeng resmi.

Sekarang ini kebenaran menjadi suatu hal yang diterima sebagai suatu fakta; Anda dinyatakan benar tanpa perlu adanya kebenaran nyata di dalam kehidupan Anda. Dengan kata lain, Anda dinyatakan benar sekalipun Anda tidak memiliki kebenaran dan Anda tidak menjadi benar. Sejujurnya, dongeng resmi semacam ini tidak ada isinya di dalam pengajaran yang alkitabiah.

Apakah Keselamatan hanya sekadar pengampunan dosa?
Kita akan melihat Doktrin Keselamatan sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus. Hasrat dan niat saya adalah bahwa tak seorang pun yang mendengarkan pesan ini gagal memahami dengan jelas apa ajaran yang alkitabiah mengenai keselamatan.

Jika ditanya apakah keselamatan itu. Apa yang akan menjadi jawaban Anda? Jawaban yang umum diberikan adalah, “Keselamatan berkaitan dengan pertobatan. Allah mengampuni dosa Anda, dan karena dosa Anda telah diampuni, maka Anda selamat.” Itulah kira-kiranya rangkuman dari isi keselamatan yang umumnya diuraikan. Di dalam Alkitab, makna keselamatan jauh lebih mendalam daripada sekadar pernyataan pengampunan. Pengampunan dosa hanya merupakan sebagian saja dari makna sesungguhnya.

Jika yang disampaikan hanya pengampunan dosa, maka ini berarti kita belum mengajarkan keseluruhan tentang keselamatan. Tak heran jika orang yang mendengar itu akan terus menerus melakukan dosa dan kembali lagi untuk meminta pengampunan lalu berbuat dosa lagi dan minta ampun lagi. Dan akhirnya di dalam keputus-asaannya, karena tak pernah memenangkan pertempuran melawan dosa, dia memutuskan untuk berhenti menjadi Kristen sama sekali. Sudah banyak sekali orang semacam ini, orang yang hidup dalam kekalahan mutlak, yang tidak dapat mengatasi dosa, yang selalu saja kembali untuk meminta pengampunan setiap minggu. Hidup di dalam lingkaran setan ini membuat mereka sangat frustrasi karena merasa bahwa peperangan demi kebenaran ini tak dapat dimenangkan. Itukah ajaran yang alkitabiah tentang keselamatan?

“Bertobatlah”
Setelah Yohanes Pembaptis ditangkap dan dibunuh oleh Herodes, Yesus memulai pelayanan-Nya, seolah-olah mengambil alih pemberitaan Yohanes. Yesus memberitakan hal yang tepat sama dengan Yohanes Pembaptis. Di Matius 3:2, Yohanes Pembaptis berkata: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Dan Yesus di Matius 4:17 memberitakan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Pemberitaan yang persis sama dengan Yohanes Pembaptis! Bedanya adalah Yesus menyampaikan pesan yang lebih mendalam, dibandingkan dengan apa yang mampu dipahami oleh Yohanes Pembaptis saat itu.

Ucapan Yesus yang pertama adalah, “Bertobatlah.” Pertobatan hanya bermakna bagi orang yang mengutamakan kebenaran. Karena pertobatan adalah hal berpaling dari dosa dan merangkul kebenaran. Pertobatan berkaitan dengan pembalikan dari hidup lama dalam dosa menuju hidup baru dalam kebenaran. Buat apa orang bertobat jika dia tak peduli pada kebenaran? Dia puas dengan hidupnya dalam dosa. Jika Anda berkata pada orang di jalan, “Bertobatlah.” Dia akan menjawab, “Buat apa? Aku tidak keberatan hidupku dikuasai dosa. Hidupku cukup memuaskan.” Karena dia tidak peduli dengan kebenaran, maka kata ‘bertobat’ tidak memiliki makna baginya. Dengan kata lain, pertobatan bukanlah bahasa bagi setiap orang yang tidak tertarik dengan kebenaran. Anda menyia-yiakan waktu meminta orang yang tidak peduli pada kebenaran untuk bertobat.

Nah, mengapa kita harus bertobat? Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus melanjutkan dengan berkata bahwa karena Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga sudah dekat. Keduanya merupakan hal yang sama di dalam Perjanjian Baru. (Orang-orang Yahudi menggunakan kata ‘Surga’ (Heaven) karena mereka tidak mau menyebut nama ‘Allah’ secara sembarangan. Mereka tidak berani secara langsung menyebutkan nama yang ilahi itu, jadi mereka memakai cara circumlocution, yaitu memakai istilah yang mendekati maknanya dengan menggunakan kata ‘Heaven). Jadi kita menyadari bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dan kita bertobat.

Nah, apakah itu Kerajaan Surga? Kita akan melihat ke dalam Roma 14:17 untuk mendapatkan penjelasan dari Paulus tentang Kerajaan Surga. Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran (kita kembali pada kata ‘kebenaran’), damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Perhatikan hal ini: kebenaran, damai sejahtera dan sukacita. Ketiganya tak terpisahkan. Tanpa damai sejahtera, Anda tidak mendapatkan sukacita. Tanpa kebenaran, Anda tidak mendapatkan damai sejahtera. Jadi tanpa kebenaran, Anda tidak mendapatkan damai sejahtera dan sukacita. Kebenaran adalah hal yang mendasar.

Banyak orang Kristen yang mengaku telah menjadi Kristen tapi tidak mengalami damai sejahtera dan sukacita. Ini adalah karena kebenaran belum masuk di dalam hidup mereka. Tanpa kebenaran tak akan ada damai sejahtera dan sukacita. Anda tidak akan sampai pada damai sejahtera dan sukacita tanpa melalui kebenaran. Saya harap Anda bisa memahami hal ini dengan jelas.

Jika Anda menjadi Kristen karena di dalam sebuah KKR Anda telah mengacungkan tangan ketika si penginjil meminta Anda melakukannnya. Dan Anda mengira bahwa Anda akan memiliki damai sejahtera dan sukacita, maka Anda akan kecewa karena jika kebenaran belum menjadi realitas di dalam hidup Anda, maka damai sejahtera dan sukacita menjadi hal yang tak akan pernah tercapai di dalam hidup Anda. Kedua hal itu tidak akan menjadi bagian hidup Anda. Damai sejahtera dan sukacita yang rohani tak akan bisa dimiliki tanpa adanya kebenaran.

Terlalu banyak ibadah, terlalu sedikit kebenaran
Jadi apa itu Kerajaan Allah? Kerajaan Allah adalah kebenaran. Ini yang harus terjadi dulu dan yang paling utama, dan selanjutnya damai sejahtera dan sukacita di dalam Roh Kudus. Yaitu, Roh Kudus adalah Pribadi yang menjadikan kebenaran ini. Sangatlah penting untuk memahami hal ini. Roh Kudus adalah Pribadi yang membuat kebenaran, damai sejahtera dan sukacita ini menjadi nyata di dalam hidup Anda. Jadi Roh Kudus dari Allah adalah kunci untuk memahami Kerajaan Allah. Dengan kata lain, Kerajaan Allah baru menjadi realitas di dalam hidup Anda ketika Roh Kudus dari Allah masuk ke dalam hidup Anda dan meneguhkan kebenaran di situ dan selanjutnya, masuklah damai sejahtera dan sukacita.

Seluruh Alkitab adalah tentang kebenaran. Apakah yang Allah cari dari antara orang Israel di dalam Perjanjian Lama? Semua nabi di dalam Perjanjian Lama memberitakan kebenaran. Sekarang kita paham mengapa Yohanes Pembaptis memberitakan kebenaran. Anda yang telah membaca tentang nabi-nabi dari Perjanjian Lama akan melihat penekanan pada pokok kebenaran dimana-mana. Anda tak akan bisa meluputkannya. Jika Anda lihat Yesaya pasal 1, Anda akan melihat penekanan pada pokok kebenaran. Yesaya berseru kepada umat yang religius ini, yaitu orang-orang Yahudi, dengan berkata, “Masalah kalian adalah bahwa kalian terlalu banyak ibadah tetapi terlalu sedikit memiliki kebenaran.”

Saya pikir kita bisa mengatakan hal yang sama pada gereja masa kini – terlalu banyak ibadah tetapi terlalu sedikit memiliki kebenaran, terlalu banyak lagu pujian, terlalu banyak acara gereja, terlalu banyak PA, terlalu banyak bicara, dan terlalu sedikit tindakan. Tak heran jika orang non-Kristen berkata, “Lihat dirimu sendiri, orang Kristen! Kapan kamu lebih baik daripadaku?” Dan apakah jawab orang Kristen? “Yah, ini tak ada kaitannya dengan siapa yang lebih baik. Ini cuma masalah mempercayai pokok ini dan itu sebagai suatu hal yang benar.” Tidak kena sama sekali; Alkitab tidak berbicara seperti itu! Jangan coba-coba lari dari tudingan orang-orang non-Kristen ketika mereka berkata, “Kamu berperilaku munafik, jadi, aku tidak mau menjadi orang Kristen.” Jangan berkata, “Yah, keselamatan tidak berkaitan dengan hidupku, ini adalah masalah kepercayaan.” Itulah kemunafikan! Omong kosong! Kerajaan Allah adalah kebenaran. Dan jika Anda tidak memiliki kebenaran di dalam hidup Anda, maka Anda tidak tahu apa-apa tentang Kerajaan Allah, tak peduli seberapa besar kepercayaan Anda.

Orang Yahudi tidak pernah kekurangan ibadah. Mereka juga tidak kekurangan iman di dalam pengertian ibadah. Apakah orang Yahudi percaya kepada Allah? Tentu saja mereka percaya kepada Allah. Apakah mereka percaya bahwa Allah itu Esa? Tentu saja mereka percaya bahwa Allah itu Esa. Apakah mereka percaya bahwa Alkitab itu Firman Allah? Tentu saja orang Yahudi percaya bahwa Alkitab itu adalah Firman Allah. Lalu apa yang tidak mereka percayai?

Tidak ada orang-orang yang lebih religius dari pada orang Yahudi, akan tetapi Yesaya tetap saja menghardik orang Yahudi. Bacalah Yesaya pasal 1. Di sana disebutkan, “Kamu beribadah ke Bait Allah setiap hari, mempersembahkan korban, kambing dan dombamu. Doamu panjang sekali.” Orang-orang Yahudi mengucapkan doa Shema, pengakuan iman yang mendasar bagi orang Yahudi sebanyak 3 kali sehari. Mereka tak pernah lalai berdoa. Setiap hari mereka berkerumun memenuhi Bait Allah. Setiap hari menghaturkan korban dan persembahan. Tetapi Yesaya berkata kepada orang-orang Yahudi, “Bawa pergi persembahan-persembahanmu itu dari sini. Bawa pergi semua. Siapa yang menghendaki darah hewan korban? Yang Kukehendaki adalah kebenaran. Aku tak ingin ibadahmu. Yang ingin Kulihat adalah kebenaran di dalam hidupmu – saat keadilan ditegakkan bagi orang miskin, saat para janda dan anak yatim dipelihara dan bukannya ditindas, saat orang miskin tidak perlu menutupi mukanya dengan debu. Kerjakan ibadahmu di luar sana dan beri Aku kebenaran. Bawa pergi korban persembahanmu.” Begitulah pemberitaan dari nabi-nabi Perjanjian Lama.

Inilah yang tertulis di dalam Alkitab. Pesan yang disampaikan memang tidak nyaman. Dan jika Anda membaca kitab Amos, maka Anda akan menjumpai hal yang sama: Allah berkata, “Kapan kamu mau bertobat, hai Israel? Kapan kamu mau berpaling? Aku tidak menginginkan persembahanmu. Aku jemu dengan persembahanmu. Beri Aku kebenaran” (Amos 4:5). Dan di dalam Amos 5:24 Allah berkata, “Biarlah kebenaran mengalir seperti sungai yang selalu mengalir. Itulah yang ingin Kulihat.”

Tapi sekarang ini, kebenaran telah diencerkan. Keselamatan telah dibuat menjadi gampangan sama seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi yang mengira bahwa keselamatan adalah perkara mudah. Kebenaran tak pernah menjadi barang gampangan. Kita tidak bisa menaruh kebenaran di luar Gereja jika kita ingin setia kepada Allah.

Yesus berkata di dalam Matius 5:20, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Orang-orang Farisi adalah kaum yang paling religius yang pernah ada di dunia ini. Di dalam sejarah agama Anda tidak akan menemukan kaum yang lebih religius dari kaum Farisi. Mereka sangat taat pada perincian aturan dan pada tata ibadah. Mereka berpuasa 2 kali seminggu dan berdoa 3 kali sehari. Anda tidak akan bisa menyaingi mereka dalam hal kegiatan ibadah. Tetapi Yesus berkata, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Waah! Benar-benar dahsyat! Tak heran jika banyak gereja juga sering berpikir: Siapa yang akan diselamatkan dengan syarat semacam ini? Karena itu, mari kita encerkan pesannya. Mari kita buat lebih mudah. Akan tetapi Yesus memperingatkan, “Barangsiapa mengurangi tuntutan kebenaran Allah sedikit saja, orang itu akan menghadapi kesulitan untuk masuk ke dalam Kerajaan.” (Matius 5:18-19).

Nah, pertimbangkanlah, kebenaran kita harus melebihi kebenaran orang-orang Farisi. Anda tentu ingat bahwa Paulus sendiri tidak malu menyebut dirinya sebagai orang Farisi. “Aku orang Farisi,” bukan “Aku pernah jadi orang Farisi,” demikian kata Paulus. Tentunya Anda ingat ayat di dalam Kis 23:6, di mana pada waktu diadili Paulus membuat pernyataan, “Aku orang Farisi.” Tahukah Anda mengapa sebagai seorang Kristen, dia tidak takut menyebut dirinya sebagai orang Farisi? Karena orang-orang Farisi memegang doktrin yang hampir seluruhnya sama dengan yang diyakini oleh orang Kristen. Sungguh mengejutkan. Jika ada di antara Anda yang mau membaca satu karya luar biasa yang disusun oleh Strack dan Billerbeck, dua orang cendekiawan Jerman, yang menyusun tafsiran Perjanjian Baru dengan merujuk kepada Talmud, Anda akan terkejut melihat bahwa dari pokok ke pokok yang lainnya, orang-orang Farisi ternyata mengajarkan hal yang sama dengan ajaran Kristen. Jadi janganlah menipu diri sendiri dengan mengira bahwa penjelasan iman yang ortodoks itu menjamin keselamatan Anda.

Yakobus mencoba memperingatkan kita akan hal ini di dalam Yak 2:19, dia berkata, “Jangan katakan pada dirimu, ‘Aku percaya hanya ada satu Allah.’ Setan percaya akan hal itu juga. Jangan katakan pada dirimu, ‘Aku percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah.’ Setan percaya akan hal itu juga, dan dia justru lebih menyakini hal itu.” Dan di dalam Injil, orang-orang yang dirasuk setan itulah yang berkata, “Engkau Yesus, Anak Allah.” Mereka tahu akan hal itu. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Mereka percaya pada-Nya. Dan Yesus sampai perlu membungkam mereka dengan berkata, “Diamlah!” Dia tidak mengijinkan mereka berbicara. Dia tidak butuh kesaksian dari setan-setan. Akan tetapi para setan itu percaya bahwa Dia adalah Anak Allah. Setan yang bernama Legion berkata kepada Yesus, “Apakah Engkau datang untuk menyiksa kami sebelum waktunya, hai Anak Allah?” Mereka tahu bahwa Dia adalah Anak Allah. Dia adalah Hakim bagi surga dan bumi. Setan-setan percaya itu. Jangan merasa cukup sekadar mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah. Jika iman Anda belum diubah menjadi kebenaran di dalam hidup, iman itu hanya menjadi semacam pengetahuan saja, dan iman itu tidak akan menyelamatkan Anda. Itulah hal yang disampaikan oleh Yakobus di dalam pasalnya yang kedua.

Bagaimana Mengalahkan Keagamaan orang Farisi?
Nah, hal ini membawa kita masuk ke dalam pokok yang penting. Lalu apa ajaran Tuhan mengenai keselamatan? Bagaimana kita bisa memiliki kebenaran ini? Jika orang-orang Farisi yang berjuang keras dalam ketaatan dan ketelitian beribadah, namun segala perjuangan mereka itu tidak bisa menyelamatkan dirinya, lalu bagaimana kita bisa diselamatkan?

Jangan memberi saya jawaban dangkal dengan satu kata, “Iman,”. Kata “Iman” harus diuraikan dengan jelas. Kata ‘iman’ ini sedemikian mudah dilontarkan oleh orang-orang yang kurang memahami apa maknanya. Apa itu iman? Iman tentunya adalah ketaatan. Iman adalah komitmen. Apa yang terjadi ketika Anda memiliki komitmen kepada Allah? Ini adalah hal yang penting. Saya tidak akan menekankan pada iman. Saya mau menekankan pada apa yang dikerjakan Allah di dalam hidup kita. Peran iman tidak banyak di dalam menyelamatkan kita. Allah-lah yang menyelamatkan kita – melalui iman.

Jika kita ambil dua ayat dari Yesus dan menempatkannya bersisian, maka muncullah jawabannya. Perhatikan kata-kata di dalam Matius 5:20, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Nah, Yesus memiliki ucapan lain yang bagian belakangnya sama persis dengan ayat yang tadi – “…ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Ucapan ini tertulis di dalam Yohanes 3:5. Bagian keduanya sama tetapi bagian pertamanya berbeda. “Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Ah! Saya yakin Anda semua tentu tahu persamaan matematika yang sederhana. Jika bagian yang kedua sama, bagian yang pertama juga memiliki perbandingan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, kalimat “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi” sejajar dengan kalimat “jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh.” Dari persamaan ini, kita dapat memahami seluruh rahasia ajaran Tuhan.

Satu-satunya jalan bagi kita untuk bisa mengalahkan hidup keagamaan orang-orang Farisi adalah dengan cara dilahirkan oleh air dan Roh. Roh mengubah kita. Nah itulah keseluruhan inti dari segenap ajaran Perjanjian Baru mengenai keselamatan. Bukan sekadar tentang hal Allah mengampuni kita di saat kita bertobat. Bukan sekadar masalah mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa Dia bangkit dari kematian, bahwa Dia mati bagi dosa-dosa kita. Semua itu memang benar. Akan tetapi Anda tidak akan selamat sebelum Roh Allah masuk ke dalam hidup Anda dan mengubah Anda menjadi manusia baru. Itulah apa yang disebut menjadi orang Kristen. Dan apa ciri manusia baru itu? Orang itu adalah orang yang benar!

Diubah oleh Roh Kudus menjadi manusia baru di dalam Kristus
Anda bertanya, “Apa dasarnya?” Dasarnya dapat dilihat di Efesus 4:22-24. Paulus sangat memahami ajaran Yesus. Uraian Paulus ini sejajar dengan apa yang diajarkan oleh Yesus. “Kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru (manusia yang dilahirkan kembali), yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Itu dia manusia baru!

Seperti apakah manusia baru itu? Manusia baru itu diciptakan dalam gambar dan rupa Allah! Dan apakah gambar dan rupa Allah itu? Kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya! Adalah bagus jika doktrin Anda sangat ortodoks, dan Anda menyakini bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa Dia mati bagi dosa-dosa Anda, bahwa Dia bangkit di hari yang ketiga, dan sebagainya. Tetapi Setan juga percaya pada hal-hal tersebut. Namun sebelum kebenaran Allah masuk ke dalam hidup Anda melalui Roh Kudus, maka Anda belum diselamatkan. Camkanlah hal ini baik-baik. Tak peduli seberapa ortodoks doktrin yang Anda pegang, Anda tidak selamat sebelum kebenaran Allah dan Roh Allah masuk ke dalam hidup Anda dan menjadikan Anda manusia baru. Dan manusia baru ini diciptakan menurut gambaran Allah, di dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati. Itulah keselamatan sebagaimana yang diajarkan oleh Yesus. Itulah keselamatan sebagaimana yang diajarkan oleh Paulus dalam surat Efesus.

Itu sebabnya mengapa di dalam Galatia 6:15, Paulus mengajukan poin yang sama: disunat tidak penting; tidak disunat juga tidak penting. Nah, lalu apa yang penting? Hanya satu hal yang penting: manusia baru, ciptaan baru di dalam Kristus. Itulah yang disebut orang Kristen. Sunat tidak penting, hal itu tidak menyelamatkan Anda. Ketaatan beribadah tidak menyelamatkan Anda.

Nah, lalu Anda berkata, “Baiklah, jika ketaatan beribadah tidak menyelamatkanku, maka aku akan diselamatkan oleh iman yang tidak berkaitan dengan ketaatan beribadah.” Paulus berkata, “Jangan melakukan kesalahan yang ini juga.” Tidak disunat juga tidak akan menyelamatkan Anda. Jangan mengira bahwa tidak disunat lebih utama ketimbang disunat karena sunat itu mengikuti Hukum Taurat dan tidak disunat itu tidak berasal dari Hukum Taurat, lantas dianggap sebagai hal yang lebih unggul. Paulus berkata, “Itu salah. Itu bukanlah ajaranku. Itu juga bukan ajaran Yesus.”

Karena bukan sunat atau tidak disunat, melainkan manusia baru. Itu saja yang penting. Dia menyampaikan hal yang sama di dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (manusia baru).” Sungguh indahnya! Jika ada yang ingin tahu doktrin keselamatan apa yang saya beritakan, inilah yang saya beritakan karena inilah yang diberitakan oleh Paulus dan Yesus Kristus; inilah yang diberitakan oleh Alkitab. Saya tidak peduli seberapa religius Anda – entah ayah Anda seorang pendeta atau kakek Anda seorang uskup, saya tidak peduli apakah Anda seorang uskup, pendeta atau biarawan, siapapun Anda – saya dapat berkata berdasarkan kewenangan dari Allah, jika Roh Allah tidak masuk ke dalam hidup Anda dan menjadikan Anda manusia baru di dalam Kristus, ciptaan di dalam gambaran Allah dalam kekudusan dan kebenaran sejati, Anda tidak selamat tak peduli seberapa banyak gelar teologi yang Anda miliki. Hal itu tidak menyelamatkan Anda barang sedikitpun! Tidak sedikitpun! Saya tidak akan diselamatkan lantaran saya seorang pendeta, pekerja Kristen atau guru Injil. Hal itu tidak akan menyelamatkan saya sedikitpun. Tidak, satu-satunya hal yang menyelamatkan saya adalah kasih karunia Allah!

Dan bagaimanakah kasih karunia Allah itu dinyatakan? Kasih karunia Allah dinyatakan dalam kemurahan-Nya dalam hal Dia memanggil seorang berdosa seperti saya dan menjadikan saya manusia baru. Itulah pengajaran yang alkitabiah mengenai keselamatan. Dan saya harap Anda memahaminya dengan baik karena keselamatan Anda bergantung pada kemurahan Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Ibrani 12:14 pada kita, “Sebab tanpa kekudusan (kebenaran) tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” Firman Allah tidak bisa gagal. Dia menyatakannya secara gamblang kepada kita. Tanpa kekudusan tak seorangpun akan melihat Allah. Lalu, bagaimana kita bisa masuk dalam kekudusan ini? Nah, kita sudah melihatnya. Ciptaan baru, diciptakan dengan kekudusan yang sejati yang datang dari Allah. Di setiap bagian Alkitab kita dapat menemukan penekanan pada hal kekudusan, apakah di dalam ajaran Tuhan maupun di dalam ajaran Paulus.

Pengajaran tentang kebenaran di dalam Perjanjian Baru

Alkitab adalah “firman kebenaran”
Tahukah Anda apa sebutan bagi firman di dalam Perjanjian Baru? Ia disebut “firman kebenaran.” Setiap orang yang tidak memberitakan kebenaran berarti tidak memberitakan firman. Ibrani 5:13 berkata bahwa, “Mereka yang tidak dewasa tidak terlatih di dalam ‘firman kebenaran’. Di dalam 2 Timotius 3:16, Paulus berkata bahwa firman melatih kita di dalam kebenaran.

Seorang Kristen adalah “budak (hamba) kebenaran”
Di dalam Roma 6:18, Paulus menyatakan, “Kamu telah menjadi budak atau hamba kebenaran”. Yang dimaksudkan Paulus adalah jika Anda bukan budak kebenaran, maka Anda bukan orang Kristen. Jika Anda tidak memiliki kebenaran, maka Anda bukan orang Kristen, tidak peduli iman jenis apa yang Anda akui.

Hal yang sama terdapat di 2 Korintus 11:15 di mana Paulus berkata, Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya (Setan) menyamar sebagai – pelayan-pelayan kebenaran untuk menipu orang-orang Kristen. Dan di sana, dia menyatakan dengan sangat gamblang bahwa seorang pengabar firman Allah bukanlah seorang pengabar sama sekali jika dia bukan hamba kebenaran. Jadi, untuk bisa menyusup ke dalam Gereja, setan juga akan menipu umat dengan menampilkan dirinya secara ini. Bahkan setan memahami pesan kebenaran secara lebih baik ketimbang sebagian besar orang Kristen. Dia tahu bahwa dia juga harus menunjukkan kecenderungan pada kebenaran, seperti orang-orang Farisi, jika dia ingin menyusup ke dalam gereja. Dia lebih memahami Alkitab dibandingkan kebanyakan orang Kristen.

Orang Kristen sejati adalah kebenaran
Selanjutnya, saya ingin agar Anda mengalihkan perhatian pada satu ayat yang sangat menusuk, 2 Korintus 5:21, yang memberitahu kita mengapa Yesus mati. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa (yaitu menjadi korban penebus dosa) karena kita, - untuk apa? Supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (become the righteousness of God atau menjadi kebenaran dari Allah). Sungguh kata-kata yang penuh kuasa! Mengapa Yesus mati? Mengapa Allah mengirimkan Yesus ke dunia? Supaya Yesus menjadi korban penebus dosa; Dia yang tidak mengenal dosa menjadi penebus dosa. Yesus mati supaya kita bisa menjadi kebenaran dari Allah. Saya harap Anda memperhatikan hal ini: bukan supaya kita memiliki kebenaran. Apakah Paulus berkata, “Supaya kita bisa memiliki kebenaran dari Allah? Tidak. Kita selalu saja berbicara tentang hal, “Memperoleh kebenaran dari Allah”; tak ada hal semacam itu yang bisa kita miliki. Kita menjadi kebenaran dari Allah. Siapa kita, dan bukannya apa yang kita miliki, yang menentukan keselamatan kita.

Kebenaran bukan sekadar sesuatu yang diberikan kepada Anda sebagai sebuah paket, di mana Anda bisa mendapatkannya sambil meneruskan hidup di dalam dosa, seperti yang sering kali diajarkan. Tak peduli hidup macam apa yang Anda jalani. Padahal itu adalah hal yang sangat menentukan. Kebenaran bukanlah hadiah yang bisa Anda kantongi seperti paspor. Lalu di hari akhir, saat Anda pergi ke Surga, tak peduli seberapa jauh kehidupan Anda di dalam dosa, Anda cuma perlu mengeluarkan paspor ini dan berkata, “Lihatlah, aku memiliki kebenaran ini sebagai hadiah.” Tak ada hal semacam itu. Kebenaran bukanlah hadiah yang bisa Anda lambai-lambaikan sambil berkata, “Lihat, aku mendapat hadiah dari Allah!”

Anda harus menjadi kebenaran dari Allah atau Anda tidak akan memiliki kebenaran dari Allah. Itulah ajaran Paulus. Itulah ajaran Tuhan. Ini hal yang sangat penting untuk kita pahami. Jangan mengira bahwa Anda bisa mengantongi kebenaran sebagai suatu hadiah. Jangan berpikir bahwa Anda telah dinyatakan benar oleh Kristus dan selanjutnya Anda bisa mengantonginya sebagai sebuah kado. Dan Anda terus menjalani hidup yang penuh dosa dan tetap akan dapat sampai ke surga.

Tak mengherankan jika “orang-orang Kristen” banyak yang hidup dalam dosa. Mereka mengira bahwa kebenaran bukanlah hal yang penting. Itu bukanlah ajaran Paulus. Paulus berkata bahwa Yesus telah mati bagi kita supaya kita bisa menjadi kebenaran dari Allah. Ini adalah pernyataan yang sangat kuat. Dia menyatakan bahwa kita menjadi ekspresi atau ungkapan dari kebenaran Allah di dunia. Paulus sedang menyatakan hal yang sama dengan yang disampaikan Yesus Kristus – Kamu adalah terang dunia; Anda menjadi terang bagi dunia. Dia tidak berkata, “Suatu hari nanti, kami harap kamu menjadi terang” atau “Aku sangat menyarankan bahwa kamu seharusnya menjadi terang sekalipun sekarang ini kamu belum menjadi terang.”

Orang Kristen macam apakah yang sedang kita bicarakan ini? Orang Kristen sejati adalah kebenaran. Dia adalah kebenaran karena Roh Kudus telah masuk ke dalam hidupnya dan mengubah dia dan menjadikannya manusia baru. Kemanapun dia pergi, dia adalah pernyataan kebenaran dari Allah. Dan kebenaran itu adalah kebenaran dari Allah, bukan kebenaran saya. Saya tidak membuat ciptaan baru dari diri saya sendiri. Itu sebabnya mengapa kita menyebutkan hal itu sebagai kasih karunia Allah, kuasa Allah. Dia menjadikan saya manusia baru. Saya tidak punya hak untuk bermegah. Bukan saya yang menciptakan manusia baru. Jika saya hidup benar, itu karena Allah telah membuat saya menjadi benar oleh Roh yang telah diberikan-Nya kepada saya. Itulah kekristenan yang indah!

Saya tidak perlu berulang-ulang meminta maaf dan berkata, “Maafkan saya karena saya menjadi orang Kristen macam ini. Saya orang jahat. Bersabarlah pada saya. Allah masih belum selesai membentuk saya. Saya baru menjadi Kristen selama 25 tahun.” Berapa lama lagi Anda ingin menjadi orang Kristen sebelum Anda berhenti meminta maaf atas kekristenan Anda? Allah-lah yang menjadikan kita benar, dan jika kita tidak menjadi benar, apakah itu menjadi kesalahan Allah? Atau itu menjadi kesalahan Anda, karena Anda tidak menempatkan diri Anda di dalam tangan Allah agar Dia dapat membentuk Anda, supaya Dia bisa menaruh Roh di dalam diri Anda?

Jika Anda terus meminta maaf, bisa berarti Anda sedang mengatakan bahwa Allah tidak bekerja cukup baik dalam menjadikan Anda ciptaan baru, atau mungkin Anda sedang mengaku bahwa Anda sama sekali bukan Kristen karena Anda tidak mau membiarkan Dia menjadikan Anda ciptaan baru. Mana yang benar? Tentunya karena Anda yang tidak membiarkan Dia menjadikan Anda ciptaan yang baru. Allah tidak perlu meminta maaf atas pekerjaan-Nya, ketika Dia membuat seseorang menjadi ciptaan baru, orang itu akan benar-benar menjadi ciptaan baru!

Perhatikan pekerjaan Allah. Semuanya sangat bagus. Di Kejadian, kita baca bahwa Dia melihat pada apa yang telah diciptakan-Nya, dan semua itu bagus. Semuanya bagus. Allah tidak menyesal atas hasil pekerjaan-Nya. Kitalah yang mengacaukan semuanya. Saya memohon kepada Allah agar kita menjadi jemaat yang benar. Jemaat yang menyatakan kepada dunia bahwa Yesus telah mati bagi kita dan kematian-Nya tidak sia-sia, karena kita mengungkapkan kebenaran Allah di dalam dunia ini. Biarlah Allah mengubah jemaat ini. Biarlah Allah mengubah setiap dari kita menjadi jenis orang Kristen yang sesuai dengan tujuan kematian Yesus.

Kebenaran tidak menikahi ketidak-benaran
Paulus berani menyebut orang Kristen sebagai kebenaran! Saya tidak tahu seberapa banyak dari antara orang Kristen yang bisa Anda gambarkan sebagai pernyataan dari kebenaran. Lihatlah 2 Korintus 6:14. Pernahkah Anda dipermalukan oleh ayat ini? Kita sering mengutipkan ayat ini untuk memberitahu orang Kristen agar tidak menikahi orang non-Kristen. Mengapa? Nah, di sini disebutkan, Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Paulus memahami bahwa seorang Kristen tidak sekadar memiliki kebenaran, tetapi seorang Kristen adalah kebenaran dari Allah. Jadi dia berkata, “Persamaan apa yang terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau antara gelap dengan terang?” Orang Kristen adalah terang. Dia bukan orang yang diharapkan untuk menjadi terang suatu hari nanti. Dia adalah terang atau dia bukan orang Kristen, itu saja.

Alkitab memiliki garis pemisah yang tegas, bukan garis kabur di mana Anda tidak tahu apakah Anda sudah melintasinya. Garisnya tajam dan jelas. Anda adalah terang atau Anda bukan orang Kristen. Anda benar atau Anda bukan orang Kristen. Dan karena Anda benar dan adalah kebenaran Allah, jadi persamaan apakah yang ada antara kebenaran dengan kedurhakaan? Jika Anda tidak benar, wajar kalau Anda berkata, “Apa masalahnya kalau aku menikahi orang non-Kristen?” Tentu saja, jika Anda bukan kebenaran, Anda tidak akan tahu apa masalahnya jika Anda menikahi orang non-Kristen karena Anda sendiri tidak tahu apa itu kebenaran, dan ketidak-benaran. Jadi, tentu saja, perbatasannya menjadi kabur dan Anda tidak tahu bedanya. Setiap orang yang merupakan ciptaan baru akan segera tahu. Dia tidak perlu diberitahu berulang-ulang. Dia tahu: Aku adalah perwujudan kebenaran Allah, oleh kasih karunia-Nya, dan dengan demikian, aku tidak akan berpasangan dengan kedurhakaan.” Paulus sanggup berbicara dalam ungkapan-ungkapan yang bersifat mutlak dan hal ini sangat menyegarkan di tengah kekristenan zaman ini yang sudah sangat diencerkan, di mana tak ada sesuatu yang bisa dinyatakan secara tegas sebagai yang hitam atau yang putih atau garis pemisahnya berada di tempat yang salah.

Jadi sekarang kita sampai pada pokok yang terakhir. Mulai sekarang, saya pikir kita semua mulai mengerti mengapa di bagian awal saya menyatakan bahwa kebenaran adalah kunci, inti, isi dan landasan dari ajaran Tuhan. Saya harap Anda mulai memahami dengan baik, bahwa bukan sekadar Anda akan diselamatkan, tetapi juga ketika Anda mejelaskan hal itu kepada orang non-Kristen, saat Anda bersaksi kepada orang lain, maka Anda bisa menunjukkan arah jalan menuju kehidupan dan bukannya menyebabkan dia menjadi tersandung; dan Anda tidak menjadi orang buta yang menuntun orang buta, lantas ketika Anda jatuh ke dalam lubang, orang itu jatuh ke lubang yang sama dengan Anda. Jangan pernah lagi mengobral Injil dengan berkata, “Yah, tak masalah apakah ada kebenaran atau tidak di dalam hidupmu. Percaya saja pada Yesus dan Dia akan mengampuni dosa-dosamu. Dan, jika engkau hidup di dalam dosa, tak masalah, Allah memahaminya; Dia sangat sabar; Dia sangat baik.” Ajaran macam apa ini? Ini bukanlah pesan dari Injil.

Jadi ingatlah baik-baik, menjadi manusia baru adalah isi dari keselamatan – kuasa Allah mengubah orang berdosa, mengubah gelap menjadi terang. “Dahulu kamu adalah kegelapan,” kata Paulus, “tetapi sekarang kamu adalah terang.” Paulus bukan berkata bahwa kamu ‘memiliki’ terang melainkan kamu adalah ‘terang bagi dunia’. Itulah bahasa yang digunakan oleh Paulus. Sangat mudah untuk dipahami, sangat jelas jika Anda memahami bahwa kebenaran adalah dasar pokok dari Alkitab. Keselamatan adalah pernyataan dari kuasa penyelamatan Allah di dalam hidup kita dan Anda menjadi kebenaran Allah.

Demikian besar perhatian Allah pada kebenaran sehingga kita baca di dalam 2 Petrus 3:13, Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Allah begitu mencintai kebenaran, Dia sangat memperhatikan kebenaran sehingga ketika Dia menciptakan langit dan bumi yang baru, kebenaran akan berdiam di sana. Tahukah Anda apa maksudnya? Setiap kali Allah membuat ciptaan baru, entah yang rohani atau yang jasmani, selalu dengan niat dan tujuan utama agar kebenaran berdiam di sana. Jadi di dalam 2 Petrus 3:13, rasul Petrus berkata bahwa akan ada langit dan bumi yang baru di mana kebenaran berdiam. Itu adalah penglihatan yang membakar hati Petrus. Dia berkata, “sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.”

Dengan demikian kebenaran berarti menjadi serupa dengan Yesus. Di dalam 1 Yohanes 2:1 Yesus digambarkan sebagai yang adil (the righteous atau yang benar). Dia adalah yang adil; Dia adalah kebenaran. Dan kita, sebagai umat yang baru, menjadi serupa dengan Dia, bukan karena kita lebih baik dari pada orang lain, bukan karena kita memiliki dasar yang baik, melainkan karena Dia menjadikan kita seperti itu. Kita bersyukur kepada Allah atas keselamatan yang luar biasa.

Selesai

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministry www.cahayapengharapan.org